Panduan membuat mood board interior agar konsep ruangan rapi dan konsisten. Pelajari langkah-langkah menyusun warna, material, furnitur, dan referensi visual supaya tidak salah arah.
Sering kejadian: sudah beli cat, gorden, bahkan sofa—tapi pas dipasang kok rasanya “nggak nyambung”? Biasanya masalahnya bukan selera kamu jelek, melainkan tidak ada panduan konsep yang jelas dari awal. Di sinilah mood board berperan.
Mood board interior adalah kumpulan referensi visual dan elemen desain yang membantu kamu menyusun “DNA” sebuah ruangan: gaya, warna, material, tekstur, hingga vibe. Dengan mood board, kamu bisa lebih yakin saat memilih furnitur dan dekor, sehingga hasil akhirnya tetap selaras.
1. Apa Itu Mood Board Interior dan Kenapa Penting?
Mood board bukan sekadar kolase cantik, tapi alat untuk mengunci arah desain. Manfaat utamanya:
- mencegah impuls belanja barang yang “bagus tapi tidak cocok”
- menyatukan referensi dari berbagai sumber jadi satu konsep
- mempermudah komunikasi (kalau kamu kerja sama tukang/desainer)
- membantu menentukan prioritas budget: mana yang wajib, mana yang tambahan
Intinya, mood board itu seperti kompas—biar kamu nggak muter-muter tanpa arah.
2. Tentukan “Feel” Ruangan: Kamu Mau Nuansanya Seperti Apa?
Sebelum bicara warna atau furnitur, tentukan dulu vibe-nya. Tanyakan ke diri sendiri:
- ruangan ini mau terasa hangat atau clean?
- lebih cozy atau lebih elegan?
- lebih modern atau lebih natural?
Contoh kata kunci yang bisa kamu pilih (2–4 saja):
- cozy, warm, earthy
- clean, airy, minimal
- elegant, classy, timeless
- playful, colorful, bold
Kata kunci ini nanti jadi patokan saat memilih semua elemen.
3. Pilih Gaya Utama (Jangan Kebanyakan)
Boleh mix style, tapi tetap butuh “gaya dominan” supaya konsisten. Contoh gaya umum:
- minimalis modern
- japandi
- scandinavian
- industrial
- classic / transitional
- bohemian
Kalau kamu suka campur, gunakan rumus sederhana: 70% gaya utama + 30% aksen. Misalnya: 70% japandi, 30% modern.
4. Susun Palet Warna: Base, Secondary, Accent
Ini bagian paling penting biar ruangan nggak “tabrakan”. Pilih warna dengan struktur:
- Base color (60%): warna dominan (biasanya putih, krem, abu muda)
- Secondary color (30%): warna pendamping (misal beige, taupe, sage, navy soft)
- Accent color (10%): warna pemanis (misal terracotta, gold, hitam, emerald)
Tips praktis:
- maksimal 3–5 warna dalam satu ruangan
- pastikan tone-nya nyambung: warm ketemu warm, cool ketemu cool
- coba bayangkan warna di dinding, sofa, karpet, dan dekor sekaligus
5. Masukkan Material dan Tekstur (Biar Nggak Flat)
Mood board yang bagus bukan cuma foto, tapi juga “rasa” materialnya. Masukkan referensi:
- kayu (light oak, walnut, dsb)
- kain (linen, velvet, bouclé, katun)
- batu/keramik (marble look, terrazzo)
- metal (hitam doff, stainless, gold brushed)
- anyaman, rotan, atau elemen natural
Tekstur inilah yang bikin ruangan terasa hidup meski warnanya netral.
6. Pilih 3–5 Elemen Kunci sebagai “Anchor”
Agar kamu nggak kehilangan arah saat belanja, tentukan item inti (anchor) yang jadi patokan konsep, misalnya:
- sofa (bentuk + warna)
- karpet (motif + tone)
- lampu utama (style)
- meja/lemari (material)
- gorden (warna + jatuhnya kain)
Kalau anchor-nya sudah jelas, elemen lain tinggal mengikuti.
7. Buat Mood Board dalam 2 Versi: Visual dan Budget
Biar lebih realistik, bikin dua jenis mood board:
Mood Board Visual (estetika)
- foto referensi ruangan
- palet warna
- contoh material/tekstur
- contoh furnitur & dekor
Mood Board Budget (eksekusi)
- daftar barang (nama item + perkiraan harga)
- prioritas: wajib / opsional
- timeline pembelian atau renovasi
Cara ini mencegah kamu punya konsep cantik tapi tidak bisa dieksekusi.
Kesimpulan
Mood board interior adalah cara paling aman untuk menyusun konsep ruangan agar tidak salah arah. Dengan menentukan vibe, gaya utama, palet warna, tekstur, dan anchor items, kamu bisa belanja dan mendekor lebih terarah—hasilnya rapi, konsisten, dan sesuai ekspektasi.
Baca juga :
